Minggu, 11 Mei 2008

Chapter 9. Rival dari Negeri Sakura

Chapter 9. Rival dari Negeri Sakura

Sudah lima kali Yuri nungguin Ken di RS. Tiap kali jenguk dia selalu berusaha hibur Ken. Ngga peduli Ken denger ato ngga. Seolah-olah Ken itu udah bangun. Selain curhat soal film-film yang dia sukai, dia juga cerita tentang teman-temannya yang centil, tentang Drew dan Dylan yang mesra tapi kocak, tentang Mamanya yang gaul abis, tentang penembakan keduanya Doni, tentang Putri Salju, tntang Sleeping beauty ( dan keadaannya terbalik, seharusnya yang tidur adalah Yuri, bukan Ken), tentang Cinderella, tentang si Pitung, juga tentang dongeng-dongeng lainnya.

Selain itu Yuri ngga pernah absen bawain Ken buah-buahan. Setelah dikupas dan diiris menjadi beberapa bagian, ditawarin ke Ken, “Ken, loe mau ngga? Ya udah gue makan sendiri kalo loe ngga mau. Loe nanti aja ya kalo udah bangun, padahal enak lho...nyam...nyam...nyam...” Kadang dihabiskan bareng Drew dan Dylan.

Hari ini Yuri masih di rumah, dia masih ngantuk tapi alarm-nya tadi ngingetin dia kalo minggu pagi ini dia harus jenguk Ken. Tadi malam dia pulang dari warnet jam 11, sampai rumah dia belum bisa tidur, baru tidur jam 2.30 pagi. Kantong matanya terlihat hitam karena kurang tidur.

“Yur, kamu mau kemana?” tanya Mama Yuri sambil nyiapin sarapan di teras belakang, biasanya kalo hari minggu, Yuri dan Mama Yuri suka sarapan di teras belakang. Mama Yuri membuat nasi goreng dengan ditambahi telur, sosis ayam, dan udang. Nasi goreng buatan Mama Yuri ngga kalah dari buatan chef-chef hotel berbintang. “Tumben udah rapi?”

Yuri duduk di kursi, walopun udah mandi tapi dia ngga bisa nyembunyiin mukanya yang asam. Untuk ngilangin ngantuknya, Yuri minum jus jeruk di depannya.

“Mau jenguk Ken, Ma,” jawab Yuri.

“Belum sadar juga tuh orang?”

“Belom, kata dokter Alfian, kalo ngga bangun ampe hari rabu, alat-alatnya mau di cabut,” kata Yuri.

“Terus gimana nanti?”

“Ngga tau, Ma. Mungkin mau di bawa ke Jepang sama orang tuanya.”

“Kasian ya...” ujar Mama Yuri.

“Hiks...” Yuri menitikkan airmata.

“Kamu kenapa Yur?”

“Aku ngga rela Maaa, kalo Ken di bawa ke Jepang.”

“Lho emangnya kenapa?”

“Aku yakin, Ken itu takdirku. Aku ngga tau apa jadinya kalo Ken di bawa ke Jepang, aku ngga bisa ngasih bunga lagi, ngga bisa bawain buah lagi... maaa...Yuri ngga mau Ken di bawa ke Jepaaannnggg...Huaaaa...” tangis Yuri semakin meledak.

Mama Yuri kebingungan, dia takut jangan-jangan anaknya kemasukan setan yang suka sama Ken. Buru-buru dibuangnya pikiran jelek itu, lalu memeluk Yuri.

“Udah dong Yur, makanya kamu berdo’a biar Ken cepet sadar. Dan dia ngga perlu ke Jepang.”

“Hiks...hiks...iya...hiks...s...semoga... K... Ken cepet sembuh...hiks...”

“Mama penasaran, emangnya Ken itu orangnya seperti apa sih? Sampai-sampai kamu yakin banget kalo Ken itu takdir kamu?”

Yuri nglepasin pelukan mamanya lalu menghapus airmata yang masih mengalir di pipinya. Wajahnya tiba-tiba kembali cerah.

“Ken itu ya Ma, orangnya cakeeep banget! Mama pasti seneng punya menantu dia,” kata Yuri sambil senyum-senyum.

“Menantu? Kalo kamu nikah sama dia, kamu syukuran, dia tahlilan....hihihi...” kata mama Yuri.

“Ah, mamaaa....jahat banget deh!” Yuri memonyongkan bibirnya. Mama Yuri ngga bisa menahan tawa, lalu permisi ke kamar mandi. Sementara Yuri ngelanjutin sarapannya, yang baru dua sendok dia makan. Mumpung masih hangat, katanya.

Cieee...SMS dari sapa tuuhh!! –Yuri ngambil HaPe N73-nya di dalam tas, sambil menyendok nasi gorengnya, Yuri baca SMS.-

Drew CantiQue.

-yur,lo dmn? Jd ksni kn?-

He..? SMSnya maksa banget!! Yuri memainkan keypad HaPe-nya, balas SMS Drew.

-iye, ni br breakfst. Tggu y.-

Massage sent.

Lalu Yuri ngelanjutin sarapannya, Mama Yuri udah balik lagi ke teras belakang.

Cieee...SMS dari sapa tuuhh!!

Drew CantiQue.

-ok, gw tggu.-

“Sapa Yur?” tanya Mama Yuri sambil minum jus jeruknya yang tinggal separo.

“Dari Drew,” jawan Yuri.

“Oh.”

“Ma, berangkat dulu ya. Ditungguin nih soalnya,” kata Yuri seraya ngambil tas dan kacamata minusnya setelah nyelesaiin sarapannya., lalu pergi ninggalin Mamanya. Belom nyampe ruang tamu, dia balik lagi ke teras belakang, buat cium pipi Mamanya. Mama Yuri cuma geleng-geleng.

“Muaaacchh, daaagh Mama...” pamit Yuri.

“Hati-hati di jalan, jangan pulang malam-malam ya,” pesan Mama Yuri.

“Oke Ma...!” seru Yuri.

^^^

Sesampainya di kamar VVIP No. 3, Yuri mengetuk pintu lalu membukanya. Ternyata suasananya lain dari biasanya. Ada Drew dan Dylan yang dikenalnya, tapi ada orang lain juga. Satu orang wanita setengah baya yang pake baju warna hijau dengan scraf warna senada, lalu satu orang pria yang lebih tua dari wanita tadi, pria itu pake kacamata, rambutnya udah beruban. Dan satu lagi, seorang cewek yang tingginya sama dengan Yuri, kulitnya putih, rambutnya lurus sebahu, bibirnya tipis dengan lipstik warna pink, matanya sipit, hidungnya mancung, dan pipinya tirus. Yuri tau cewek itu orang Jepang, dan kedua orang pria dan wanita setengah baya tadi pasti orang tuanya Ken. Tapi siapa cewek itu? Ken kan anak tunggal.

Drew menghampiri Yuri yang masih termenung karena dia ngga kenal tiga orang asing di hadapannya.

“Tante, Om, kenalkan ini Yuri, teman kamu. Yuri, ini Om Andrew dan Tante Mona, orangtua Ken,” kata Drew sambil memperkenalkan orangtua Ken. Yuri menjabat tangan orangtua Ken. Oleh ibunya Ken, Yuri dipeluk, kayak memeluk anaknya sendiri.

“Nak Yuri, terima kasih ya sudah jagain Ken,” kata Mami Ken. Yuri tersenyum lalu duduk di sofa, di sebelah Mami Ken.

“Iya, tante. Ngga apa-apa kok,” jawab Yuri. “Oh iya, ini ada buah.” Yuri menyodorkan parcel isi berbagai macam buah pada Mami Ken. Untung tadi mampir beli buah dulu, batin Yuri.

“Oh iya, Yuri belom kenal kan sama Ayumi?” tanya Mami Ken. “Ayumi, kesini bentar!” Cewek yang ternyata bernama Ayumi itu mendekati mereka.

“Ayumi, kenalin ini Yuri, temannya ken,” kata Mami Ken, Yuri berdiri lalu mengulurkan tangan dan disambut hanagt oleh Ayumi.

“Yuri.”

“Ayumi,” mereka saling memperkenalkan diri.

“Yuri, tante sama om, mau ke rumah sodara dulu di jalan kenanga sana, tante nitip Ken ya.”

“Oh iya tante.”

“Ayumi mau ikut?” tanya Mami Ken.

“Ngga, Ayumi mau di sini aja.”

“Oh ya sudah. Yuri, Drew, Dylan, tante sama om titip mereka ya,” kata Mami Ken.

“Iya tante.”

Orang tua Ken beranjak dari sofa lalu keluar dari ruangan itu. Yuri dan Ayumi duduk di sofa. Mereka saling senyum.

“Ayumi, bisa bahasa indonesia?”

“Iya. Kebetulan Ayumi kuliah di sastra indonesia di Todai. Dan kenal sama Om Andrew dan tante Mona, jadi lebih cepet bisa bahasa indonesia.”

“Oh ya? Sejak kapan kenal sama tante Mona sama Om Andrew?” tanya Yuri antusias.

“Sejak kecil.”

“Oh gitu?” Yuriko mengerti. Dia menengok ke arah Drew dan Dylan yang lagi bisik-bisik. “Hey! Kalian kenapa?”

Drew dan Dylan beringsut. Mereka tersenyum kecut. Dylan menyenggol lengan Drew seolah-olah nyuruh Drew ngomong sesuatu.

“Kenapa Drew?” tanya Yuri, dia ngerti banget tanda-tanda seperti itu, setelah mempelajari dari Evan dan Megan.

“Gini Yur, gue sama Dylan mau keluar dulu. Boleh ngga?” tanya Drew sambil meringis. Yuri terbengong-bengong.

“Huahahahaha...Ya ampun Drew! Gitu aja pake minta izin, kalo mau keluar, kelaur aja. Biar gue sama Ayumi yang jagain Ken,” kata Yuri.

“Iya Drew,” tambah Ayumi. Drew dan Dylan tersenyum lebar. :D

“Ya udah, gue sama Drew keluar bentar ya, ntar balik lagi,” kata Dylan sambil keluar diikuti Drew.

“Daa...aahh,” Yuri melambaikan tangan sambil tersenyum, begitu juga Ayumi.

Sepeninggal Drew dan Dylan, Yuri dan Ayumi ngelanjutin ngobrol,mereka lebih akrab. Ternyata Ayumi orangnya rame, dan suka bercanda, sama kayak Yuri. Jadi klop.

“Ayumi, kapan nyampe sini dari Jepang?”

“Tadi malam, langsung ke hotel dulu dan baru tadi pagi ke sini,” jawab Ayumi.

“Oh, gitu.jadi gimana? Betah ngga disini?”

“Yaa...untungnya ada Yuri, jadi Ayumi agak betah disini. Ini kan baru pertama kali Ayumi ke Indonesia.”

“Oh ya? Welcome to Indonesia ya...”

“Iya,” jawab Ayumi. “Yuri udah lama kenal sama Ken?” Yuri bingung mau jawab. Waduhh...dijawab gimana ya? Masa gue jawab kalo gue ketemu Ken dalam mimpi??

“Ya gitu deh. Ken orangnya tertutup, jadi ya ngga terlalu akrab banget gitu.”

“Iya, dulu waktu kecil Ken deket banget sama Ayumi. Kemana-mana selalu berdua, Ayumi sellau dilindungi Ken. Tapi dua tahun yang lalu sikap Ken sama Ayumi beda banget. Dia jadi agak dingin, Ayumi ngga tau apa salah Ayumi. Lalu dia mutusin untuk nerusin kuliah di Indonesia,” cerita Ayumi sambil memandang Ken yang masih tidur dalam komanya.

“Oh gitu ya? Eh Ayumi mau minum apa?” tanya Yuri sambil berdiri dan meuju ke kulkas

“Apa aja deh, Yur,” jawab Ayumi.

Yuri balik lagi sambil bawa dua kaleng softdrink, satu bungkus kacang kulit rasa bawang, dua batang coklat dan dua bungkus makanan ringan. Setelah itu dia duduk di samping Ayumi. Bareng sama Ayumi, dia terus ngobrol soal Jepang, komik-komik jepang, film-film jepang, dan paling seru tentang tempat wisata di Jepang.

“Ayumi, kalo Mama gue tau loe orang Jepang asli, pasti dia seneng banget, Mama kan mania Japanesse gitu. Kapan-kapan maen ke rumah gue ya,” kata Yuri.

“Iya, Ayumi pengen kenal orang-orang yang deket sama Ken, kayak Yuri, Drew dan Dylan. Tapi kalo ganggu dua orang itu kayaknya ngga mungkin deh, hehehe...”

“Ya udah mendingan loe gangguin gue aja.”

“Hahaha...”

Mereka berdua tertawa bersama. Tanpa mereka sadari, Ken membuka kedua matanya tapi dia ngga ngeluarin sepatah katapun. Diam-diam dia ikutan dengerin percakapan mereka. Ken tau ada Ayumi yang duduk di sofa itu, tapi cewek satunya belom pernah dia berkenalan secara langsung. Dia hanya tau nama cewek itu Yuriko. Diam-diam dia menaruh simpati pada Yuri.

^^^

“Yur, Ayumi permisi dulu mau ke kantin,” kata Ayumi sambil berdiri. “Yuri mau ikut?”

“Ngga ah, ntar aja gantian ya. Ntar kalo kita berdua ke kantin, Ken ngga ada yang jagain.”

“Oh ya udah kalo gitu,” kata Ayumi sambil mengambil tasnya, “Ayumi ke kantin dulu ya?”

“Iya, hati-hati...”

“Iya.”

Setelah Ayumi keluar, Yuri mendekati Ken. Ken pura-pura tidur, ketika Yuri udah duduk di samping ranjang Ken. Di genggamnya tangan Ken.

“Ken, ini gue, Yuri. Ini udah ke enam kalinya gue nemenin loe. Ken, loe udah lama koma, kenapa loe ngga bangun-bangun? Emang apa sih di dunia ini yang bikin loe takut sampai-sampai loe ogah balik ke dunia ini? Ken, om dan tante juga Ayumi udah datang ke sini, banyak yang sayang sama loe, Ken. Ken, loe cepet bangun ya... gue pengen liat senyum loe kayak dalam mimpi gue waktu itu.”

Jemari Ken bergerak, Yuri tersentak setelah sadar kalo itu respon positif dari Ken, dia terus menerus memanggil nama Ken.

“Ken, bangun Ken!” seru Yuri. Ken perlahan membuka matanya, Yuri sangat excited melihat Ken udah membuka mata. “Tunggu dulu ya Ken, gue panggil dokter Alfian dulu.”

“Ngga usah!” seru Ken. Yuriko yang hampir membuka pintu berhenti lalu berbalik memandang Ken. “Ngga usah, gue baik-baik aja.”

“Ngga Ken. Dokter Alfian harus tau, benatr ya!” kata Yuri sambil membuak pintu lalu berlari ke ruang prakterk Dokter Alfian. Setelah mengetuk pintu, Yuri masuk ke ruangan Dokter Alfian.

“Dok! Ken udah sadar!! Cepetan Dok!”

“Ken?”

“Iyaaaa...! ayo, Dok, cepett!!” kata Yuri sambil menarik lengan baju Dokter Alfian. Mau ngga mau Dokter Alfian ikut lari di belakang Yuri.

Sesampainya di kamar ken, Dokter Alfian segera melakukan pemeriksaan, Yuri berdiri disamping ranjang ken sambil tersenyum senang.

“Akhirnya kamu sadar juga Ken, kami tim dokter RS hampir putus asa dengan kondisi kamu,” kata Dokter Alfian.

“Maaf Dok,” kata Ken. “Keenakan di alam gaib jadi lupa sama alam nyata.” Hiehiehie...

Yuri tercenung, mana ada orang sakit kok jawabannya kayak gitu? Ngga tau apa kalo kita-kita disini khawatir?

“Ya sudah, kondisi kamu udah stabil kok,” kata Dokter Alfian. “Tinggal istirahat, tiga hari lagi kamu bisa pulang.”

“Makasih, Dok.”

“Yuri, titip Ken, ya.”

“Iya, Dok! Beress!!” jawab Yuri. Dokter Alfian keluar dari kamar Ken. Tinggal Yuri dan Ken. Mereka berdua diam, nggak tau mau ngobrol apa.

“Ken...”

“Hm?”

“Sebenarnya loe udah lama sadar ya?”

“Hm, udah seminggu. Tapi gue bete, disini sepi, cuma ada loe. Jadi gue tidur lagi aja.”

“Kok gitu?”

“Iya, enakan tidur,” jawab Ken, cuek.

“Haaahh??” Yuri bener-bener ngga ngerti dengan pemikiran Ken.

“Eh, tolong dong kupasin apel,” suruh Ken. “Gue laper.” Yuri mengambil sebuah apel yang tadi dia bawa. Lalu dikupas dan di potong beberapa bagian lalu diberikan pada Ken.

“Ken, loe tau siapa gue?” tanya Yuri takut-takut kalo Ken ngga ngenalin dia.

“Loe?”

“Iye.”

“Yuri kan? Loe yang sering ngupas apel buat gue tapi loe makan sendiri, bacain dongeng buat gue, cerita soal teman-teman loe, sekolah loe, nyokap loe, warnet tempat loe parrtime, soal Doni...” jawab Ken sambil makan apel.

“Heh? Jadi selama ini loe bener-bener udah sadar?”

“Iya, lagi dong!” kata Ken sambil nunjuk apel yang ada di tangan Yuri.

“Nih!” Yuri ngasih irisan apel tadi.

“Yang tau loe udah sadar sapa?”

“Cuma loe,” jawab Ken.

“Cuma gue?”

“Iye, kan ini edisi perdana gue setelah gue membuka mata,” jawab Ken lagi dengan mulut penuh apel.

“Walah, kayak sinetron aja.”

Mereka berdua terus ngobrol dengan asyiknya, sampai-sampai ngga tau ada Ayumi yang diam-diam merhatiin mereka. Dan ada rasa sakit dihatinya. Cemburukah dia??


Tidak ada komentar: