Minggu, 11 Mei 2008

Chapter 11. Putus?? No way!!

Chapter 11. Putus?? No way!!

Hari-hari Yuri semakin berwarna dengan kehadiran Ken disisinya. Tiap pagi dijemput dari rumah dan diantar ke sekolah, pulang sekolah dijemput lalu diantar ke warnet. Kalo capek dipijitin, lapar dijajanin, sakit diobatin, emangnya Ken itu pacar apa pembantu sih?? Hehe... Dan ngga sadar hubungan mereka udah berjalan satu bulan. Gimana sama Ayumi? Ayumi dan orangtua Ken masih di Indonesia, mereka tetap akan menjalankan rencana semula, yaitu pertunangan Ayumi dan Ken. Mereka ngga tau kalo Ken dan Yuri udah jadian, cuma Ayumi yang bisa ngerasain sikap Ken yang berubah dengan tiba-tiba. Ayumi juga sering membuntuti Ken kemana aja Ken pergi dan dugaan dia selama ini benar, ada apa-apa antara Ken dan Yuri. Sore ini Ken harus menghadap orangtuanya untuk ngebicarain tentang rencana pertunangannya, hal itu dimanfaatkan sama Ayumi untuk ketemu sama Yuri, ngomongin soal dirinya dengan Ken.

Cieee...SMS dari sapa tuuhh!! –Yuri mengambil HaPe-nya, lalu dia baca SMS yang barusan masuk.-

Ayumi

-Yuri, nti plng skul, Ayumi jmpt y, Ayumi mo ngobrol sm Yuri-

Mau ngobrol sama gue? Ada apa ya? Tanya Yuri dalam hatinya, dia masih melihat HaPe-nya dengan muka penuh tanda tanya.

“Kenapa Yur?” tanya Shinta yang duduk di sebelahnya.

“Ayumi mau jemput gue, katanya sih ada yang mau diomongin gitu sama gue, kira-kira ada apa ya?”

“Jangan-jangan loe mau dimakan, dicincang, dimasak, dikukus,... hiyy...” kata Shinta sambil cekikikan. Yuri masang tampang jutek.

“Emangnya gue daging?” umpat Yuri. “gak mungkinlah Ayumi kayak gitu. Ntar ngga papa kan kalo gue ngga ngikut mobil loe dulu?”

“Iye, tenang aja. Megan nanti juga sama Evan, Tami dijemput sama Ryo,” kata Shinta sambil mainin kukunya.

“Ryo?” Yuri bingung karena baru kali itu dia denger nama Ryo. “Siapa dia?”

“Kemana aja loe Non??!! Pacar sahabat loe sendiri ampe ngga tau. Loe sih terlalu sibuk sama Ken dan kerja parttime loe, jadi ngga tau kan kalo Tami udah punya cowok?”

“Iye, maaf! Gue emang udah jarang ngga ngumpul sama kalian lagi. Jadi siapa tuh Ryo?”

“Loe inget ngga bulan lalu pas gue, Megan dan Tami hangout tanpa loe?”

Yuri mencoba mengingat-ingat, lalu menjawab, “He-eh.”

“Nah pas kita lagi di Cafe ada cowok cakep gitu yang nyamperin Tami. Awalnya sih ngedeketin gue sama Megan, ternyata mau kenalan sama Tami tapi sungkan, loe tau kan Tami tuh orangnya diem, walopun di Cafe tapi tetep pendiem,” kata Shinta, “trus minggu lalu Ryo nembak Tami setelah pendekatan yang cukup alot.”

“Hm, bagus dong,” kata Yuri, “Si Ryo anak mana?”

“Dia anak FISIP Universitas Negeri Satya Negara.”

“Oh, jadi kita berempat udah ngga ada yang jomblo dong?”

“Ya iyalah!” kata Shinta, Yuri masih ngeliatin HaPe-nya.

Non! Ada telepon masuk tuuhh!! –sebuah missed call dari Ayumi-

“Shin, gimana nih?” tanya Yuri, “Ayumi missed call...”

“Ya udah ngga papa, takut amat sih loe? Selama Ayumi ngga gigit loe dan loe pulang ampe rumah dengan selamat sentosa berarti loe aman dan Ayumi juga ngga membahayakan, hihihi,” kata Shinta. Yuri masih memainkan keypad HaPe-nya, membalas SMS Ayumi.

-Iya, nti gw tggu lo di dpn gerbang skul y, gw plng jam 2 siang-

Massage sent.

^^^

Tepat jam dua siang, Yuri menunggu Ayumi di depan pintu gerbang skul. Barusan Ken juga telepon, bilang kalo ngga bisa jemput karena ada urusan keluarga, dan Yuri juga ngga bilang kalo dia mau dijemput Ayumi.

Ngga berselang lama, Ayumi datang bawa mobil Papi Ken, dan berhenti tepat di depan Yuri, lalu membuka salah satu pintu mobil.

“Masuk Yur,” suruh Ayumi. Yuri masuk kedalam mobil, duduk disebelah Ayumi. Sekilas Yuri memandang Ayumi. Diliat dari sisi mana aja keliatan cakep ya? Puji Yuri.

Diluar mulai rintik-rintik hujan, dingin, sedingin suasana didalam mobil yang mereka tumpangi. Nyampe di Cafe La Marizza, Ayumi memarkirkan mobil, di dekat pintu masuk. Setelah itu mereka masuk ke dalam, siang itu cafe lumayan sepi, Ayumi memilih tempat di dekat jendela di pojokan. Yuri ngikut aja di belakang.

"Duduk, Yur," suruh Ayumi, dan Yuri pun duduk di depan Ayumi, biar enak ngobrolnya. Sesaat setelah itu, seorang waitress menghampiri meja mereka dengan membawa daftar menu. Ayumi memlilih-milih menu yang akan dia makan, begitu juga dengan Yuri.

"Yuri, mau pesan apa? Jangan sungkan-sungkan ya?" kata Ayumi, "Mbak, saya pesan spagetti sama lemon tea, hangat ya."

"Iya, mbak satunya?" tanya waitress itu pada Yuri. Yuri masih bingung milih menu, soalnya dia tadi udah makan di kantin.

"Hm, gue lemon tea sama roti bakar aja deh, mbak," kata Yuri sambil menyerahkan daftar menu itu pada waitress.

"Baik, ditunggu ya," kata waitress itu lalu meninggalkan Yuri dan Ayumi. Siang itu Yuri merasa aneh dengan sikap Ayumi yang tiba-tiba dingin seperti es.

^^^

"Ken, minggu depan orangtua Ayumi mau ke Indonesia, rencananya acara pertunangan kalian akan dilaksanakan dua hari setelah itu," kata Papi Ken.

"Tapi, Pi..."

"Ken, kamu itu harus nurut sama orangtua. Cuma kamu anak Mami sama Papi. Kamu satu-satunya pewaris tunggal Yamada Group, dan menikah dengan Ayumi adalah jalan satu-satunya supaya perusahaan kita semakin kuat!" kata Papi Ken, lagi. "Apalagi kita sudah kenal lama dengan keluarga mereka."

"Iya, Ken. Kalian udah dijodohkan sejak kecil. Takdir kamu udah ditentukan, Ken," kata Mami Ken mendukung suaminya. Ken masih berpikir, selama ini dia emang belom bisa ngebahagiain orantuanya, tapi dia ngga bisa mutusin Yuri. Kalo bertunangan dengan Ayumi bisa bikin orangtuanya bahagia, dia pengen ngelakuin itu tapi gimana dengan Yuri? Putus?? No way!!

"Cepat atau lambat, pertunangan kalian akan dilaksanakan," kata Papi Ken, lalu pergi ninggalin Ken dan Mami.

"Mi, Ken ngga bisa," curhat Ken.

"Kenapa? Ayumi cantik, pintar, bisa main biola, piano, balet, kalian juga udah kenal sejak kecil. Kurang apalagi Ken?" tanya Mami, lembut.

"Ken ngga cinta sama Ayumi, dia udah aku anggap seperti adik sendiri. Ngga lebih," jawab Ken, "Ken suka cewek lain, Mi."

"Siapa?"

"Mami kenal kok, cewek yang berhasil ngerebut hati Ken, bisa bikin Ken seneng dan nyaman pas di dekatnya adalah Yuri."

"Yuri yang pernah jagain kamu itu?"

"Iya. Mi, tolong dong, Ken sayang banget sama Yuri, ngga mungkin dong Ken mutusin dia. Ken ngga mau Yuri sakit hati."

"Tapi Ken, keputusan ada di tangan Papi kamu dan Papa Ayumi, Mami ngga bisa berbuat apa-apa buat kamu."

Ken jadi jutek mukanya, dia bener-bener ngga tau harus gimana. Dia juga ngga tau apa yang sedang terjadi antara Yuri dan Ayumi.

^^^

Yuri berjalan gontai ke AvantikaNet. Hujan rintik-rintik ngga dia gubris. Diantara tetes air hujan, ada airmata yang membasahi pipinya. Sesekali dia menghapus airmatanya. Orang-orang di sekitar jalan yang dilaluinya, mencoba nawarin pisau buat bunuh diri, eh... nawarin payung dan tempat berteduh, tapi Yuri tetep melangkah. Tujuannya cuma AvantikaNet.

"Yur, Ayumi mau ngomong kalo minggu depan Ayumi tunangan sama Ken," kata-kata Ayumi barusan sangat sukses membuat hatinya makin teriris-iris. Gimana ngga, kalo cowok yang selama ini dia kira takdirnya mau tunangan sama Ayumi. Yuri bener-bener ngga tau kalo dari awal Ayumi dan Ken udah dijodohin. Apalagi sikap Ken pada Ayumi ngga terlihat seolah-olah Ayumi adalah tunangannya. Justru Ken lebih cuek pada Ayumi.

"Ayumi tau Yuri suka sama Ken. Itu keliatan dari sorot mata Yuri. Dari awal kita ketemu, Ayumi udah tau itu. Tapi Yuri perlu ingat, Ayumi adalah orang pertama yang kenal sama Ken. Jadi, Ayumi mohon kembalikan Ken pada Ayumi," kata Ayumi sambil membungkukkan badan, khas orang Jepang. "Yuri masih bisa cari cowok lain, bisa Doni atau yang lainnya. Asal jangan Ken, bagi Ayumi, Ken adalah segala-galanya."

Saat itu Yuri ngga bisa berkata apa-apa, roti bakarnya aja ngga dia sentuh sama sekali. Dia shock banget, ampe waktu Ayumi nawarin buat nganterin ke AvantikaNet, Yuri nolak. Jadinya dia jalan kaki ke warnet, untung cuma deket, sekitar dua kilometer.

Akhirnya sampai juga dia di warnet, tanpa permisi dia langsung ngibrit ke toilet, mau bersihin baju. Tapi ampe toilet, dia malah nangis sesenggukan.

"Gue harus gimana? Huaa... gue ngga mau mutusin Ken, ta ... tapi gimana sama Ayumi? Gue juga ngga mau nyakitin dia, huuaaa.... huuaaa... " tangis Yuri semakin kenceng aja. Hatinya remuk, hancur berkeping-keping. Udah 30 menit dia di toilet, Doni yang mau pulang ampe bingung. Kok Yuri lama banget sih? pikirnya, lalu dia nyusul ke toilet.

"Yur! Loe ngapain sih? Lama amat? Amat aja ngga lama-lama. Hehe... Buruan, gue mau pulang nih, udah ditungguin sama nyokap, katanya sih suruh nganterin ke arisan," kata Doni sambil mengetuk pintu toilet, "Yur!!"

Yuri akhirnya keluar, wajahnya pucat, rambutnya acak-acakan, matanya sembab karena abis nangis dan bajunya lecek. Doni ampe linglung, "nih anak abis kemasukan setan mana, ya?"

Tapi belom juga ditanyain, Yuri jatuh pingsan, Doni dengan sigap menangkap tubuh Yuri sebelum membentur tembok.

"Yur, loe kenapa? Yur!! Bangun!!" teriak Doni. Beberapa user ikut-ikutan ngeliat kejadian itu, ada user cewek yang pake jilbab nyuruh bawa ke RS, ada juga user anak-anak SMP bilang bawa pulang ke rumah, ada bapak-bapak yang nyuruh manggil dukun, dan ada cowok berpenampilan kayak punk bilang, "udah sini serahin aja sama gue, gue ahli dalam napas buatan, lhoo...". Seorang cowok didekatnya langsung pergi sambil nyeletuk, "Huek! Mulut bau jengkol sama pete gitu, sapa yang mau nerima napas buatannya? Gue mah ogah!!"

Tanpa merduliin orang-orang ajaib disekitarnya, akhirnya Doni membopong Yuri ke dalam mobil, dia mau nganter ke rumah Yuri, karena rumah Yuri dekat. Untung Hendry cepet datang setelah ditelepon, jadi ngga banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Ampe rumah Yuri, Doni disambut histeria Mama Yuri, setelah menenangkan diri, Mama Yuri menyuruh Doni untuk bawa Yuri ke kamarnya. Sementara Mama Yuri mengganti baju Yuri yang basah, Doni menunggu diruang tamu, dia masih belom tenang, padahal nyokapnya udah nyap-nyap karena Doni ngga pulang-pulang, "Arisannya udah mau dimulai, kamu dimana?"

"Ma, Mama suruh nganter Pak Din dulu deh, Doni lagi dirumah Yuri nih. Tadi pingsan di warnet," kata Doni kesal, karena Mamanya ngga tau sikon.

"Ya udah deh, kamu kalo urusan Yuri aja di nomor satuin, giliran Mama aja, nomor sekian," Mama Doni juga mulai kesal.

"Maaf deh Ma, sekali ini aja. Lagian kemaren kan udah arisan, sekarang udah arisan lagi, emang ikut berapa arisan sih?" sewot Doni.

"Kemaren kan arisan emas, hari ini arisan permata, besok arisan karpet, lusa arisan panci, besoknya lagi..." cerita Mama Doni, antusias. Doni yang terlanjur jengkel langsung nutup HaPe-nya, tapi Mamanya masih nyap-nyap. Saat masukin HaPe ke dalam saku celananya, Mama Yuri keluar dari kamar Yuri.

"Tante, gimana Yuri?" tanya Doni, panik.

"Ngga papa kok, Don. Makasih ya kamu udah mau anterin ke rumah," kata Mama Yuri dengan wajah sedih.

"Iya, ngga papa kok, tante," jawab Doni. "Kalo gitu, Doni pulang dulu, tante. Kalo tante butuh bantuan, tante telepon Doni aja."

"Iya,makasih sekali lagi ya, Don. Hati-hati di jalan," pesan Mama Yuri setelah Doni keluar dari rumahnya.

^^^

Malamnya, Yuri mengigau nyebut-nyebut nama Ken. Mama yang tertidur di kursi dekat ranjang Yuri ikut terbangun. Dilihatnya jam di dinding, jam satu dini hari. Lalu di pegangnya tangan Yuri.

"Yuri sayang, tenang ada Mama disini," bisik Mama. "Kamu kenapa, Nak?"

"Ken... Ken... " igau Yuri. Matanya masih tertutup, tapi ada airmata yang mengalir.

"Ken?" tanya Mama pada dirinya sendiri, "ada apa lagi dengan mereka?"

Yuri terus mngigau, badannya panas, tadi setelah di beri termometer, suhu badannya 41 derajat. Mama panik, tapi dia urung bawa ke RS, Yuri di kompres pake air es.

"Yur... Yuri sayang..." panggil Mama.

Sepertinya Yuri denger, "Ma?"

"Iya, Nak, ini Mama. Bangun, sayang. Cerita sama Mama, kenapa kamu tiba-tiba pingsan?"

Akhirnya Yuri pun bangun dengan berlinang airmata, "Ma...? Yuri sedih... "

"Sedih? Kenapa?"

"Minggu depan Ken mau tunangan sama Ayumi. Yuri ngga rela, Ma... tapi Yuri ngga mau nyakitin Ayumi. Yuri harus gimana Ma?" isak Yuri, "Yuri bingung."

Yuri duduk di ranjangnya lalu memeluk Mama Yuri. Mama dengan lembut membelai rambut Yuri. Dia tau gimana perasaan Yuri saat itu.

"Yur, itu kita pikirin nanti ya? Sekarang kamu minum obat terus tidur lagi. Jangan mikirin yang berat-berat dulu, ya?" kata Mama. Yuri mengangguk pelan. Lalu meminum obat pemberian Mamanya kemudian berbaring lagi, dalam do'anya, "Semoga ini semua hanya mimpi."

^^^

Keesokan harinya Yuri ngga masuk sekolah, dia telepon Shinta.

"Iya, gue ngga masuk, tolong buatin surat ijin ya?"

"Iye, dah. Emang loe kenapa?" tanya Shinta, "tumben sakit?"

"Panjang ceritanya, ntar siang loe boleh ke sini," kata Yuri.

"Ya udah, ntar siang gue, Megan sama Tami ke rumah loe, ya?"

"He-eh."

"Ya udah gitu aja, Miss Claudia udah masuk nih, bye."

Klik. Telepon ditutup.

Siangnya, sepulang sekolah Shinta, Megan dan Tami ke rumah Yuri. Mereka berkumpul di kamar Yuri. Yuri nyeritain semuanya pada teman-temannya, ampe nangis.

"Udah, Yur. Gue yakin Ken pasti ngga mau loe sedih gini,"

"Iya Yur. Apa Ken udah bilang soal ini sama loe?"

Yuri menggeleng.

"Ya udah, kalo Ken menghilang, kan masih ada kita-kita. Ya kan?" kata Megan, Shinta melotot ke arahnya. Yuri semakin menangis, teman-temannya bisa ngerasain apa yang dia rasain. Lalu mereka berpelukan.


Tidak ada komentar: