Kepada : Mbak Ita Fatma
Di depan laptop
Dear Mbak ..
Apa
kabar? Semoga baik-baik aja ya.
Mungkin
aku lancang berkirim surat ‘cinta’ ini kepadamu. Tapi lebih lancang lagi kalau
aku tidak mengirimkannya. Dan kalau tidak aku kirimkan, maka aku akan menyesal.
Mungkin
beberapa bulan terakhir ini aku nggak pernah menanyakan hal-hal seperti kabar
kepadamu. Kamu juga merasakannya? Tapi
aku selalu memantau timeline-mu. Terima kasih untukmu untuk tidak delete aku
dari friendlist facebookmu.
Dear
Mbak,
Aku
ingat semua nasehatmu kepadaku. Aku ingat kamu mengatakan padaku bahwa jika
semua manusia di dunia ini sudah tidak ada, dan tinggallah aku sendiri, kamu
yakin aku bisa survive sendiri. Kamu juga mengatakan bahwa aku orang yang
teguh. Tahukah kamu Mbak? Beberapa bulan ini aku benar-benar sendirian, waktuku
hanya aku habiskan di tempat kerja. Apalagi dua bulan ini aku full time di
tempat kerja.
Ketika
yang lain bisa merayakan tahun baru dengan jalan-jalan, tidak begitu denganku.
Aku di rumah, sendirian. Ngapain? Tentu saja tidur. Kecapekan. Tidak ada lagi
pesan singkat di handphoneku. Aku benar-benar sendirian. Dan aku mencoba untuk
tidak mengeluh, seperti nasihatmu kepadaku.
Ketika yang lain bisa berkumpul dan bersenang-senang bersama teman dan keluarganya, aku benar-benar sendirian. Untungnya kamu tidak sendiri, ada suami, anak, dan keluargamu yang lain.
Ingat gak sih mbak, kita sering bergosip tentang orang-orang yang kita kenal. Kalau kamu duluan yang dapat berita, pasti kamu menceritakan padaku. Begitu juga denganku, kalau aku punya berita pasti aku langsung menceritakannya padamu. Beberapa bulan ini tidak ada lagi kabar berita dari aku ataupun kamu.
Ada juga saat-saat kita punya masalah, aku selalu mengeluhkan semuanya padamu. Dan begitu juga denganmu, saat kamu punya masalah, aku-lah yang kamu cari. Karena kita saling percaya satu sama lain. Ada kalanya kamu mengataiku 'dongdong' yang artinya aku sangat bodoh. Aku sama sekali tidak masalah dengan julukan itu. Aku masih bisa menangis saat membaca nasehat-nasehatmu di log chatting. Padahal itu untuk kejadian yang sudah lama berlalu.
Saat
membaca salah satu status di facebookmu, aku ingin sekali memberimu selamat, aku
senang kamu hamil lagi. Aku ingin memberi satu like dan comment, tapi aku tidak
punya keberanian untuk itu.
Pun saat aku mempunyai sedikit rezeki, aku ingin sekali mengunjungimu dan membawakan kue keju kesukaanmu, sebagai ucapan terima kasih atas semua nasihat dan dukunganmu selama ini. Tapi aku masih tidak punya keberanian untuk bertemu denganmu, aku tidak siap dengan reaksimu bertemu denganku.
Namun aku cukup gembira, akhir-akhir ini kamu
selalu bahagia, dan ku harap untuk selamanya seperti itu.
Tidak
apa-apa aku sendirian di dunia, asalkan orang-orang yang aku sayangi tidak
merasakan itu.
Sebenarnya,
bukannya aku tidak tahu apa yang terjadi, hanya saja, aku tidak tahu pasti apa
yang terjadi. Aku pikir hanya kesalahpahaman saja. Tapi mungkin menurutmu itu
kesalahan fatal. Entahlah karena kamu tidak pernah membicarakan itu kepadaku.
Kata orang, mengucapkan maaf itu sulit. Tapi
dengan surat ini, aku ingin meminta maaf padamu, meminta maaf atas segala
kesalahanku yang mungkin aku sengaja atau tidak aku sengaja. Mudah-mudahan kamu
membaca surat ini.
Kayaknya
segitu aja surat dari aku. Sekali lagi aku mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika ada kata-kata yang salah. Kalau sempat tolong dibalas, kalau tidak
sempatpun tidak apa-apa.
Terima
kasih sudah mau membaca suratku ini.
Terima kasih atas kebaikanmu selama ini.
Sehat terus ya ..
Sehat terus ya ..
Me, Uut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar